Aikido (bahasa Jepang: 合気道, aikidō)
adalah seni beladiri yang mempunyai akar pertumbuhan dan budaya dari
Jepang. Aikido merupakan manifestasi dari modernisasi pemikiran Jepang
dengan selimut budaya Jepang tradisional. Hal ini membuat seni beladiri
yang dikembangkan oleh Morihei Ueshiba sekitar tahun 1800-an( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei)
menjadi sangat diminati berbagai kalangan pada abad modern ini sebagai
sebuah gaya hidup. Akar ilmu bela diri aikido terutama berasal dari
sebuah tradisi bela diri kuno yang turun temurun hanya dimiliki oleh
sebuah keluarga istana, yaitu " Daito Ryu Aiki-Jujutsu
(atau ju-jutsu)". Dalam tradisi lama "Jutsu" berarti sebuah "art" atau
"seni", sehingga bentuk lama ini mempunyai pakem-nya sendiri sebagai
sebuah tradisi dengan tatanan gerak tertentu. "Daito" adalah sebuah nama
yang merujuk kepada nama sebuah istana, yaitu Daito. "Daito" merupakan
istana milik putra keturunan Kaisar Seiwa bernama Minamoto Genji
Yohimitsu. Yoshimitsu diwariskan ilmu ini oleh putra ke enam Kaisar
Seiwa yaitu Pangeran Teijun yang sangat menggemari ilmu beladiri.
Morihei Ueshiba yang biasa disebut sebagai O-Sensei mempelajari ilmu
"Aiki" ini dari guru pewaris ilmu ini yaitu "Sokaku Takeda". "Takeda"
adalah sebuah nama keluarga yang tidak lain adalah nama lain dari
keluarga "Minamoto". Dengan bakat yang begitu besar, Morihei Ueshiba
telah menyebarkan muridnya ke seluruh dunia untuk memperkenalkan
keindahan ilmu seni beladiri aikido ini. Saat ini, aikido telah
berkembang sekurangnya ke 93 negara di Asia, Eropa, Amerika, Australia
dan sebahagian Afrika.
Aikido Indonesia
Secara istilah "Aikido Indonesia" pertama kali digunakan oleh
Perguruan Aikido Indonesia di bawah naungan Yayasan "Keluarga Beladiri
Aikido Indonesia" yang biasanya dikenal dengan istilah umum "KBAI".
Yayasan KBAI ini terbentuk secara resmi pada tahun 1994 di Jakarta
dengan para pendirinya yang terdiri dari Bapak Ir. Muhammad Gazali,
Bapak. Drs Muhammad Razif dan Ir. Ferdiansyah. Sedangkan aikido di
Indonesia secara organisasi telah di organisir pertama kali oleh
organisasi yang juga berbentuk yayasan, yaitu "Yayasan Indonesia
Aikikai" atau "YIA" pada tahun 1984. Sedangkan menurut informasi lisan
(penuturan), sejarah perkembangan aikido di Indonesia telah mulai
berkembang sejak sekitar tahun 1970, bersamaan dengan kembalinya para
putera Indonesia yang lulus sarjana dari Jepang yang disekolahkan
Pemerintah RI sebagai akibat pampasan perang Jepang. Perkembangan aikido
dan beladiri impor lainnya dari Jepang sebenarnya tumbuh dalam kurun
waktu yang kurang lebih sama. Tetapi seni beladiri Kempo, Karate,
Jujitsu dan Judo menjadi lebih dahulu populer dibandingkan Aikido pada
masa itu. Dan pada kenyataannya seni beladiri aikido baru mulai tumbuh
sejak tahun 1990 di Indonesia.
Sejarah
Aikido diformulasikan sejak akhir 1920-an sampai dengan 1930-an hingga pada bentuknya yang sekarang oleh Morihei Ueshiba ( 植芝 盛平 Ueshiba Morihei, 14 Desember 1883-26 April 1969, disebut juga sebagai o-sensei 大先生、翁先生 " guru besar"),. Ueshiba memperkaya dan mengembangkan Aikido dengan berbagai koryu (seni beladiri/seni pedang lama) selain "basis"-nya Daito ryu, menjadi suatu seni beladiri yang unik.
Morihei Ueshiba sebagai seorang murid merupakan murid yang berbakat dan
mengabdi pada gurunya yaitu Sokaku Takeda. Sokaku Takeda memberi
lisensi kelengkapan ilmunya kepada Morihei Ueshiba dalam bentuk
"Mokuroku". Dengan lisensi tersebut Morihei Ueshiba mendirikan sekolah
pertamanya dengan nama "Ueshiba Ryu Daito Aiki jutsu" yang kemudian
berubah nama menjadi "Aiki Budo" dan akhirnya disempurnakan dengan nama
"Aikido".Dojo pertama Aikido didirikannya di Tokyo dan hingga saat ini masih tetap ada dan bernama Aikikai Hombu Dojo, sebagai pusat pengembangan aikido di seluruh dunia.
Ueshiba menginginkan Aikido tidak hanya sebagai sebuah seni beladiri,
tetapi juga ekspresi falsafah pribadinya yang bersifat damai dan
universal.
Seumur hidupnya, Ueshiba dan murid-muridnya telah menyebarkan Aikido
dengan cara mendidik dan menciptakan praktisi beladiri ini di seluruh
dunia. Ueshiba meninggal pada tanggal 26 April 1969 karena penyakit kanker, namun Aikido tetap berkembang pesat setelah kematiannya.
Etimologi dan filsafat
Aikido menekankan harmonisasi dan keselarasan antara energi ki (気, prana) individu dengan ki alam semesta. Kata "aikido" berasal dari tiga huruf kanji:
- 合 - ai - bergabung, menyatukan, menyelaraskan
- 気 - ki - jiwa, energi kehidupan
- 道 - dō - jalan, cara
Seni beladiri ini juga menekankan pada prinsip kelembutan dan bagaimana untuk mengasihi serta membimbing lawan.
Prinsip ini diterapkan pada gerakan-gerakannya yang tidak menangkis
serangan lawan atau melawan kekuatan dengan kekuatan tetapi
"mengarahkan" serangan lawan untuk kemudian menaklukkan lawan tanpa ada
niat untuk mencederai lawan.
Teknik
Berbeda dengan beladiri pada umumnya yang lebih mengutamakan pada
latihan kekuatan fisik dan kecepatan, Aikido lebih mendasarkan
latihannya pada penguasaan diri dan kesempurnaan teknik. Teknik-teknik
yang digunakan dalam Aikido kebanyakan berupa teknik elakan, kuncian, lemparan yang tampak sama dengan bantingan.
Di banyak perguruan aikido, teknik-teknik pukulan maupun tendangan
dalam praktiknya jarang digunakan atau malah dihilangkan. Sebenarnya
teknik pukulan dan tendangan di dalam aikido tidak dikenal sedemikian
sempitnya, sehingga terdapat istilah "atemi", sebagai suatu cara untuk
menggunakan segala kemungkinan seluas-luasnya dalam mendaya gunakan
tubuh untuk memukul-menendang dan setaranya (termasuk menggunakan dahi,
siku, lutut dan lainnya). Walaupun demikian, dengan berbagai alasan
teknik atemi ini cenderung ditinggalkan atau dihilangkan oleh banyak
perguruan aikido.
Keunikan aikido adalah geraknya yang hampir tidak pernah mundur dalam
mengatasi berbagai jenis serangan. Gerakannya cenderung melingkar
dibandingkan lurus-lurus. Di dalam konsep gerak inilah kita akan banyak
memahami secara nyata falsafah aikido dalam artian sebenarnya. Banyak
orang tertarik belajar aikido dimulai karena ketertarikannya pada
falsafahnya yang cukup tinggi. Tetapi, uniknya justru terletak pada
kesinambungan pemahaman antara seorang praktisi dengan seorang filsuf.
Sehingga, saran setiap guru aikido kepada mereka yang ingin mengetahui
aikido secara cermat adalah dengan "latihan".
Falsafah yang mendasari Aikido, yaitu kasih dan konsep mengenai ki,
membuat Aikido menjadi suatu seni beladiri yang unik. Secara umum
Aikido dapat golongkan sebagai beladiri kuncian dan pergumulan
(Inggris: grappling).
Aikido tidak mengenal sistem kompetisi
atau pertandingan, seperti beladiri pada umumnya untuk tujuan
pemasyarakatannya. Namun cara yang dipergunakan aikido untuk
memasyarakatkan dirinya adalah dengan sistem embukai atau sejenis peragaan dalam seni gerak bela diri.
Hingga saat ini Aikido juga banyak memiliki banyak cabang-cabang "teknik" (Inggris: style) yang juga memperkaya teknik-teknik yang tidak meninggalkan teknik dasarnya. lebih menekankan teknik-tekniknya kepada kecepatan dalam mengatasi serangan lawan (nage).
Sistem tingkatan
tingkat | sabuk | warna | tipe |
---|---|---|---|
kyū | putih | mudansha | |
shodan | hitam | yūdansha |
Sistem tingkatan yang harus dilalui oleh seorang praktisi Aikido
hampir sama dengan yang digunakan oleh seni beladiri asal Jepang
lainnya, yaitu sistem Kyu (mudansha, tidak memiliki dan) untuk tingkat dasar dan Shodan (yūdansha, memiliki dan = ahli) untuk tingkat mahir.
Praktisi yang berada di tingkat kyu 6 sampai kyu 4 menggunakan tanda
berupa sabuk yang berwarna putih, sementara praktisi yang mencapai
tingkatan kyu 3 sampai 1 menggunakan sabuk berwarna cokelat. Adapula
dojo yang menerapkan sabuk kyu 6 sampai 1 tetap berwarna putih. Shodan
adalah tingkatan yang selanjutnya; praktisi yang mencapai tingkatan ini
ditandai dengan sabuk yang berwarna hitam serta aksesoris tambahan
berupa celana panjang bernama hakama. Celana seperti ini biasa dipakai oleh para samurai pada zaman dahulu.
0 komentar:
Posting Komentar